Description
|
Populasi jenis buah-buahan endemik di Kalimantan Timur dari tahun ke tahun selalu menurun. Penurunan populasi terjadi pada marga Durio yang meliputi durian madui (Durio duicis), duyan (Durio graveoiens), picang, (Durio oxleyanus), dan tungen (Durio excelsus). Buah-buahan ini akan menjadi langka apabila masyarakat lokal tidak menguasai teknologi budi daya sehingga tidak mampu membudidayakannya secara baik. Di lain pihak, pelestarian jenis-jenis flora endemik Kalimantan memiliki nilai ekonomi, dan sebagai sumber plasma nutfah belum dilakukan secara terpadu. Model agroforestri gaharu (MAG) adalah salah satu cara konservasi tumbuhan endemik yang melibatkan masyarakat lokal. Untuk mewujudkan kegiatan konservasi tumbuhan endemik di Kabupaten Malinau, dilakukan penelitian pembudidayaan beberapa jenis buah-buahan endemik dalam model agroforestri gaharu dan penerapan teknologi inokulasi jamur pada gaharu. Penelitian bertujuan untuk: 1. membangun MAG melalui aplikasi teknologi budi daya tumbuhan endemik (tengon, lelah, kefoyo, madui, picang, duyan, tungen, lai, dan durian biasa); 2. menerapkan aplikasi teknologi inokulasi jamur Fusarium spp pada tanaman gaharu di empat kecamatan, yaitu di Malinau Barat, Malinau Utara, Malinau Selatan, dan Menterang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Malinau terdapat tiga jenis gaharu (gaharu tengon, gaharu lelah, dan gaharu kefoyo) dan enam jenis durian lokal, yaitu durian biasa (Durio zibethinus), lai (D. kutejensis), duyan (D. graveolens), tungen (D. exelsus), madui (D. dulcis), dan picang (D. okleyavus). Model agroforestri gaharu (MAG) telah tersedia pada lahan seluas 5,0 ha. Pada lahan MAG telah dikonservasi tumbuhan endemik Kalimantan yang terdiri atas tiga jenis gaharu sebanyak 1.100 bibit dan enam jenis durian lokal sebanyak 350 bibit. Telah terpilih strain jamur Fusarium solani F3 yang sesuai sebagai bahan inokulum untuk bahan induksi pembentukan gubal gaharu di Malinau. Cara inokulasi pemakuan memberikan hasil gubal gaharu yang berkualitas lebih baik dibandingkan dengan cara pemboran. Melalui kegiatan pelatihan gaharu di enam kecamatan, yaitu Malinau Kota, Malinau Utara, Malinau Barat, Malinau Selatan, Pujungan, dan Bahau Hulu berhasil membentuk kelompok-kelompok tani pencinta gaharu yang merupakan mitra pemerintah untuk melakukan kegiatan pelestarian gaharu. Melalui kajian sosial budaya diketahui bahwa punahnya pohon gaharu menyebabkan hilangnya kearifan lokal yang menyatu dengan lingkungan fisik. Diperlukan penanganan lanjutan terhadap lahan model agroforestri gaharu, sebagai Etalase Konservasi Gaharu dan Durian Lokal. (2011)
|