Description
|
Uwi ungu memiliki keunggulan dengan ciri-ciri kandungan karbohidrat tinggi, namun rendah kadar gula dan bebas gluten sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes dan alergi gluten. Tanaman ini termasuk jarang dibudidayakan dan biasanya hanya sebagai tanaman sela. Budi daya uwi mempunyai permasalahan, di antaranya uwi hanya dibudidayakan dengan tunas yang muncul melalui biji. Bibit yang berasal dari potongan umbi rawan terhadap hama dan penyakit serta tidak dapat disediakan dalam jumlah banyak dalam waktu cepat. Oleh karena itu, diperlukan terobosan dalam penyediaan bibit, yaitu dengan cara kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh genotipe uwi ungu toleran kadar kalsium rendah, toleran kadar salinitas tinggi, dari hasil mutasi dan seleksi tunas serta embrio somatik dari eksplan yang bebas virus. Prosedur dan metode penelitian meliputi: 1) Pengumpulan umbi tunas uwi ungu dari Yogyakarta, Bandar Lampung, Pasuruan, dan Gunung Putri; 2) Penanaman dan pemeliharaan koleksi di kebun plasma nutfah; 3) Analisis kandungan nutrisi; 4) Konfirmasi bebas virus dengan metode RT PCR; 5) Proliferasi kultur tunas pucuk/buku; 6) Induksi mutasi dengan sinar gamma; 7) Induksi embryogenesis; 8) Seleksi klon toleran kadar kalsium (CaCl2) rendah dan NaCl tinggi. Hasil penelitian dalam dua tahun (2009-2010) menghasilkan sumber eksplan hasil koleksi dari berbagai daerah yang telah dikonfirmasi bebas virus dengan metode RT PCR. Jenis eksplan yang digunakan adalah buku dari tanaman induk di lapang yang masih muda. Eksplan tumbuh tunas dengan cepat jika tidak terjadi kontaminasi jamur dan bakteri. Dari metode sterilisasi permukaan yang dikembangkan,%tase bebas kontaminan berkisar 60-80%, tergantung pada lokasi sumber eksplan ditanam. Tunas-tunas yang telah bebas kontaminan diperbanyak pada media MS dan untuk memacu pertumbuhan ditambahkan pula BAP. Tunas aksilar yang dihasilkan mencapai 6 tunas pada media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP. Induksi kalus juga telah mulai dilakukan dengan eksplan terbaik berupa potongan batang pada media MS dengan menambahkan 0,3 dan 10 mg/l BAP; 0,05 dan 0,01 mg/l TDZ. Dengan demikian, teknik perbanyakan tunas in vitro sebagai material untuk penelitian selanjutnya telah berhasil diperoleh. Tahap awal rekayasa in vitro dilakukan dengan induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma pada dosis rendah (1-5 krad), namun belum diperoleh LD50 sehingga sedang dilanjutkan dengan dosis tinggi (5-80 krad). Perkembangan kalus embriogenik belum optimal sehingga masih dilanjutkan dengan perlakuan beberapa konsentrasi Picloram. Percobaan untuk seleksi klon toleran kalsium menunjukkan bahwa konsentrasi kalsium terendah mencapai 0,1875 mM belum menunjukkan perbedaan pertumbuhan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium normal pada media MS (3 mM). Percobaan untuk seleksi klon toleran kadar garam tinggi (NaCl) menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl tinggi di atas 100 mM menurunkan pertumbuhan tunas uwi ungu dan LD50 diperoleh pada konsentrasi 193,5 mM atau mendekati 200 mM NaCl. (RNR) (2010)
|