Description
|
Seumapa merupakan tradisi lisan berbalas pantun dari Aceh atau dikenal juga dengan istilah meutaléh pantôn. Seumapa ini umumnya dilaksanakan pada acara pesta perkawinan, khususnya pada saat acara hantaran lintô barô (pengantin baru pria) atau dara baro (pengantin baru wanita). Seumapa ini menggambarkan maksud kedatangan fihak mempelai lintô barô ‘laki-laki’ ke rumah mempelai dara barô “pengantin perempuan”. Ketika rombongan mempelai lintô barô sampai di depan rumah mempelai dara barô, pihak dari lintô barô menyapa pihak dara barô sebagai tuan rumah dengan maksud menyatakan bahwa rombongan lintô barô sudah sampai. Lalu, dijawab oleh pihak dara barô, pihak mempelai wanita. Pihak mempelai laki-laki pun membalas pantun yang diajukan, kegiatan ini terus berlangsung dengan begitu seru dan penuh tantangan yang harus diselesaikan oleh pihak mempelai laki-laki. Sebelum pihak mempelai laki-laki dinyatakan ”menang” oleh pihak mempelai wanita dalam hal berbalas pantun, mereka tidak dibenarkan masuk ke wilayah rumah mempelai wanita. Kegiatan berlangsung di depan rumah dara barô atau pihak pengantin perempuan. Sebutan untuk pemantun seumapa adalah “syeh” sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber. Ketika rombongan pengantin laki-laki maka ia akan disambut oleh sekelompok orang yang disebut dengan ureung preh lintô barô, ‘orang yang menunggu pengantin laki-laki’. Merekalah yang akan menjawab pantun-pantun yang disampaikan oleh pemantun dari wakil fihak pengantin laki-laki. Pantôn seumapa memiliki fungsi sebagai media untuk saling bertegur sapa atau seumapa antara kedua belah pihak mempelai pengantin. Ketika pihak lintô barô dinyatakan ”menang” atau berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan dalam pantôn seumapa melalui meutaléh pantôn, barulah pihak mempelai lintô barô diperbolehkan masuk ke dalam rumah pengantin dara barô. (2023-11-21)
|