Description
|
Dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional, berbagai usaha sedang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian dengan membentuk Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Meskipun jumlah beras yang diimpor tidak lebih dari 5% kebutuhan beras nasional, kekurangan beras dapat mengganggu kestabilan politik nasional karena beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Berbagai teknologi telah diterapkan dalam budi daya padi, salah satu di antaranya adalah System of Rice Intensification (SRI). Teknologi SRI sedang gencar diterapkan dan sudah banyak diadopsi oleh petani, baik di Indonesia bagian timur maupun Indonesia bagian barat. Prinsip utama dalam teknologi SRI adalah penggunaan benih padi muda berumur 8-10 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji turunan emisi metan dan perubahan organisasi tanah dari padi sawah yang dikelola menurut teknologi SRI dibandingkan dengan penanaman padi secara konvensional. Selain itu, dikaji pengaruh teknologi SRI terhadap pertumbuhan tanaman padi, peningkatan produksi padi, dan peningkatan pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan selama dua tahun, yaitu tahun 2009 dan 2010 di lapangan percobaan Cibinong Science Center dan di Nagrak Organic SRI Center (NOSC) Sukabumi. Penelitian pada tahun pertama (2009) difokuskan untuk mengetahui peran mikrobia pupuk hayati dan metanotrop dalam menurunkan emisi gas metan dan menstimulasi pertumbuhan tanaman padi. Pada tahun kedua (2010), penelitian difokuskan pada analisis kemampuan biak-biak pupuk hayati dalam memacu pertumbuhan padi melalui mekanisme penyediaan unsur hara N dan fosfat, serta kemampuan biak-biak metanotrop dalam menurunkan emisi gas metan melalui aktivitas gas metan pada kondisi aerobik. Padi yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Tukad Petanu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mikrobia metanotrop ada dalam ekosistem padi sawah dengan populasi sekitar 1,4x106 sampai dengan 7,7x107 CFU.g-1. Jumlah populasi mikrobia metanotrop lebih tinggi pada SRI daripada sistem konvensional, serta mampu mereduksi emisi gas metan. Teknologi SRI sangat efektif menurunkan emisi gas metan lebih dari 70% dan SRI hibrid mampu meningkatkan produksi padi sekitar 50%. Penambahan pupuk hayati memacu pertumbuhan padi dan penyediaan unsur hara. Penambahan pupuk juga meningkatkan diversitas gen fungsional metanotrop, aktivitas enzim fosfatase, dan aktivitas mikrobia total. Penerapan sistem intermittent integration (macak-macak) tidak hanya meningkatkan efisiensi penggunaan air, tetapi juga membantu aerasi tanah. Gen fungsional yang berperan dalam transformasi gas metan sangat beragam pada ekosistem padi sawah. Hasil penelitian ini menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran mikrobia fungsional dalam penurunan gas metan dan peningkatan produksi padi, serta penghambatan penyakit padi. (MAB) (2010)
|