Masalah korosi pada lapis lindung cat sangat merugikan secara ekonomis, teknis dan estetika di lingkungan air laut. Penyebab utama timbulnya korosi tersebut adalah keberadaan biota laut (fouling) yang menempel pada substrak. Hal tersebut berimbas pada usia pakai dari lapis lindung cat yang menjadi sangat singkat. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan melakukan studi pendahuluan unjuk kerja cat antifouling dan antikorosi di lingkungan air laut, dimana ruang wilayah penelitian ini dilakukan di perairan Muara Baru Jakarta. Sampel uji pelat baja yang berukuran 20 x 25 x 0,3 cm terdiri dari pelat baja tanpa lapis lindung, pelat baja dengan lapis lindung cat korosi pada muka depan dan pelat baja dengan lapis lindung cat antifouling pada muka belakang. Cat yang digunakan berasal dari dua jenis produk komersial di Indonesia (Kode cat: A dan B). Selanjutnya sampel uji diekspos selama 1 bulan dengan variasi kedalaman 1, 2, 3 meter dari permukaan laut (dpl). Sebagai pembanding pelat baja tanpa lapis lindung digunakan sebagai blangko. Untuk mengetahui pertumbuhan fouling dan tingkat korosifitas sampel uji, maka dilakukan pengukuran sifat fisik air laut berupa temperatur, pH, salinitas dan kadar oksigen terlarut. Pengamatan yang dilakukan terhadap sampel uji setelah ekpos meliputi pengamatan visual (perubahan warna, pemudaran dan glossy) dan pengamatan fisik (analisis ketebalan sampel uji dan kehilangan berat blanko). Hasil menunjukkan bahwa cat antikorosi yang terekpos ditumbuhi berbagai biota laut, sedangkan cat antifouling tidak menunjukkan adanya penempelan biota laut. Laju korosi masing-masing pelat baja tidak jauh berbeda, yaitu berturut-turut untuk kedalaman 1, 2 dan 3 meter sebesar 0,113; 0,112 dan 0,106 mmpy.
Prosiding Seminar Material dan Metalurgi 2015.
(2015)