Description
|
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan gangguan metabolisme kronis. Gejala awalnya adalah menigkatnya kadar gula darah pascamakan. Salah satu pendekatan terapeutik untuk menurunkan kadar gula darah posprondial ialah dengan menghambat kerja enzim penghidrolisis karbohidrat, seperti alfa-amilase dan alfa-glukosidase pada organ pencernaan. Skrining terhadap penghambat enzim glukosidase telah banyak dilakukan. Aspergillus terreus merupakan salah satu kapang yang menghasilkan sejumlah metabolit sekunder dengan aktivitas biologis yang menguntungkan, seperti antibiotik, antifungal, antikolesterol, dan antineoplastic. Kodaistatin merupakan senyawa yang diisolasi dari kapang A. terreus yang menunjukkan aktivitas sebagai inhibitor glukosa-6-fosfat translokase. Aktivitas tersebut dapat diaplikasikan sebagai antidiabetis. Oleh sebab itu, diadakan penelitian dengan tujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif inhibitor alfa-glukosidase lainnya yang terdapat dalam ekstrak etilasetat koji A. terreus sehingga dapat diketahui hubungan struktur dan aktivitas (SAR) farmakologinya melalui pendekatan kimia komputasi, serta dapat menghasilkan senyawa pemandu inhibitor alfa-glukosidase dengan aktivitas dan keamanan yang lebih baik. Prosedur dan metode penelitian meliputi fermentasi, ekstraksi dan isolasi, uji aktivitas penghambatan alfa-glukosidase (in vitro), identifikasi senyawa aktif dengan teknik spektrometri, uji in vivo, uji toksisitas akut, sintesis senyawa analog 1 dan 2, esterifikasi sulochrin, uji khasiat efektivitas, uji Radio-Binding Affinity (RBA), dan uji biodistribusi senyawa bertanda. Hasil pemisahan dan isolasi dari fraksi etilasetat koji Aspergillus terreus diperoleh senyawa sulochrin yang menunjukkan aktivitas sebagai inhibitor alfa-glukosidase pada pengujian in vitro menunjukkan nilai IC50=80 µg/ml, sedangkan pada pengujian in vivo dapat menekan peningkatan gula prospandial pada dosis 27,3 mg/kg bb atau setara dengan 258,3 mg/manusia. Melalui pendekatan secara virtual (in siliko) dengan bantuan software MOE version 2008.10 menyimpulkan sulochrin menunjukkan afinitas tinggi terhadap enzim alfa-glukosidase (predicted binding energy (-6.74- -4.13 kcal/mol) dan predicted Ki values (0.011-0.939 mM). Berdasarkan data tersebut maka sulokrin dapat digunakan sebagai lead compound, tetapi dosis efektifnya masih jauh di bawah acarbose sehingga diperlukan modifikasi senyawa melalui sintesis senyawa analog/turunannya sehingga didapatkan senyawa yang lebih potensial. Hasil studi preliminary SAR, sulochrin yang tersubstitusi tiga atom Br (S+Br3) yaitu ligan a2 (methyl 2-bromo-6-(3,5-dibromo-2,6-dihydroxy-4-methylbenzoyl)-3-hydroxy-5-methoxybenzoate C17H13Br3O7), menunjukkan aktivitas penghambatan alfa-glukosidase yang potensial (IC50=18,66 µg/ml atau 32,8 µM) pada uji in vitro. Hasil pengujian OGTT menunjukkan bahwa dosis efektif ligan a2 yang berperan sebagai inhibitor alfa-glokosidase pada dosis 10,25 mg/Kgbb. Berdasarkan hasil tersebut dosis efektif a2 mendekati dosis obat (acarbose 6,5 mg/kg bb), dan jauh lebih kecil dari dosis efektif sulochrin (27,3 mg/kg bb). Hasil ini juga menunjukkan bahwa senyawa a2 mempunyai aktivitas yang lebih kuat dari sulochrin sesuai dengan hasil perhitungan komputasi (molecular docking). Hasil RBA (radio-binding affinity) masih mengalami kendala dilihat dari segi paparan yang masih terlalu tinggi, terutama untuk paparan dari radioaktif Bromium (Br). Menggunakan radioaktif Iodium (I) diperoleh nilai konstanta disosiasi 461538,46 pM, dengan jumlah ligan terradioaktif yang berhasil dilakukan sebanyak 6000 pM/mg protein. Hasil tersebut menunjukkan sulochrin dapat digunakan sebagai lead compound, sedangkan ligan a2 dapat diaplikasikan sebagai drug candidate inhibitor alfa-Glucosidase baru yang potensial, (RNR) (2010)
|