Description
|
Salah satu ekosistem di Indonesia yang berperan penting sebagai stok karbon adalah Cagar Biosfer Cibodas. Cagar Biosfer Cibodas diakui UNESCO sejak tahun 1977 sebagai cagar biosfir dunia. Cagar biosfer Cibodas mempunyai potensi dan kapasitas yang besar dalam stok karbon dan biomassa. Stok karbon pada suatu ekosistem ditentukan oleh keragaman dan kerapatan vegetasi yang ada, kesuburan tanah, dan cara pengelolaannya. Penyerapan karbon oleh tumbuhan melalui fotosintesis diakumulasi dalam bentuk biomassa. Stok karbon dalam biomassa tumbuhan menunjukkan banyaknya CO2 di atmosfir yang diserap oleh tumbuhan. Potensi penyerapan karbon di kawasan Cagar Biosfer Cibodas menjadi informasi yang penting dalam penentuan karbon (C Sink) yang pada gilirannya menciptakan peluang untuk melakukan perdagangan karbon. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan eksplorasi stok karbon dan estimasi biomassa pada beberapa tipe ekosistem di Cagar Biosfer Cibodas. Penelitian bertujuan untuk: (1) memperoleh informasi dan data dasar tentang stok karbon, (2) membandingkan stok karbon pada beberapa tipe ekosistem yang berbeda, (3) melakukan identifikasi potensi penyerapan CO2 dan membangun persamaan alometri biomassa tumbuhan. Penelitian ini menggunakan bahan dari tumbuhan bawah, serasah, nekromassa, dan tanah yang diambil sebagai sampel dari empat tipe ekosistem (penggunaan lahan) di Cagar Biosfer Cibodas. Bahan-bahan yang dijadikan sampel dianalisis kandungan stok karbonnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan potensi penyerapan karbon untuk masing-masing tipe ekosistem, yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sebesar 367,12 ton C/ha, Kebun Raya Cibodas (KRC) sebesar 150,97 ton C/ha, Perkebunan Teh Gunung Mas (GM) sebesar 55,52 ton C /ha, dan Agropolitan sebesar 5,32 ton C/ha. Kontribusi stok karbon di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Kebun Raya Cibodas di atas permukaan tanah relatif besar, yaitu sekitar 99-99,97 dibandingkan stok karbon dalam tanah yang hanya sekitar 0,03-1%. Beberapa spesies asli yang dominan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki stok karbon tersimpan yang cukup tinggi antara 101,48-591,64 ton C/ha, yaitu Vaccinium varingiaefolium, Leptospermum javanicum, Schimawallichii, Altingia excels, dan Castanopsis acuminatissima. Persamaan alometri tanaman teh pada penelitian ini adalah Y= 0,182D1,44, R² =n 0,731 dengan keterangan bahwa Y = Biomassa/ Berat Kering (kg) dan D = Diameter Basal (cm), yang berlaku untuk diameter berukuran 5,8-31,8 cm pada tahun tanam antara 1969 sampai dengan 2001. Persamaan alometri Vaccinium varingiaefolium dalam penelitian adalah Y= 0,157D1,904, R² = 0,897 dengan keterangan bahwa Y = Biomassa/Berat Kering (kg) dan D= Diameter basal (cm), yang berlaku untuk diameter berukuran 5,8-31,8 cm. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai benchmarking untuk program aforestri/ reforestri dalam mekanisme Clean Development Mechanism (CDM), serta mengantisipasi kebijakan iklim global, seperti Reducing Emisssins from Deforestation and Forestt Degradation (REDD/ REDD plus). (2011)
|