Description
|
Sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan konsumsi potensial dengan permintaan pasar dan harga yang tinggi. Kegiatan budi daya yang dilakukan hanya tahap pembesaran dengan sumber benih dari hasil tangkapan di alam karena siklus hidup sidat sangat unik, yaitu pemijahan berlangsung di laut dalam dan anakannya (glass eel) kembali ke perairan tawar. Dalam proses budi daya, tingkat mortalitas masih tinggi saat pemeliharaan. Tingginya mortalitas tergantung pada penanganan benih saat koleksi, pengangkutan, dan pengadaptasian pada tahap awal pemeliharaan. Oleh karena itu, penelitian mengenai suhu dan kepadatan pada saat pengangkutan, wadah pemeliharaan, intensitas cahaya, dan salinitas dalam upaya meningkatkan produktivitas ikan sidat perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan 1) menekan tingkat mortalitas ikan sidat pada proses pemeliharaan; 2) meningkatkan laju pertumbuhan melalui pendekatan pakan dan kualitas air pada wadah pemeliharaan; 3) menghimpun data parameter lingkungan ikan sidat di habitat aslinya; 4) mengetahui kelimpahan, ukuran, dan teknik penangkapan benih sidat di habitat alaminya, serta aspek terkait lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan es batu 1-3 kg pada wadah pengangkut (box stereform) dengan kisaran suhu antara 9-27oC masih ditolerir dengan baik oleh benih sidat. Adapun kepadatan angkut yang terbaik adalah 150 g per l. Terdapat kecenderungan semakin tinggi intensitas cahaya, mortalitas makin tinggi. Penggunaan wadah pemeliharaan pada awal pemeliharaan dengan sistem stagnan water cenderung lebih baik dalam menurunkan mortalitas. Pengujian salinitas media pemeliharaan yang optimal bagi kelangsungan hidup benih sidat antara 0-14 permil. Pertumbuhan benih pada awal pemeliharaan di akuarium cenderung lebih lambat dibandingkan pemeliharaan lanjutan di bak pemeliharaan. Produktivitas ikan sidat pada pemeliharaan di bak percobaan cukup baik dan masih bisa ditingkatkan. Pigmentasi benih sidat sempurna pada umur dua minggu dalam pemeliharaan. Benih sidat menyukai warna gelap, nafsu makan cenderung lebih tinggi pada sore dan malam hari. Lokasi penangkapan benih sidat di kawasan Segara Anakan sudah terganggu, telah mengalami penurunan kualitas dan kerusakan habitat (sedimentasi dan pencemaran). Sungai Cimandiri merupakan habitat ruaya benih sidat yang masih tersisa di pantai selatan Jawa. Kondisi habitat alami ruaya benih sidat di muara Sungai Cimandiri masih cukup baik untuk mendukung keberlanjutan proses ruaya. Musim benih sidat berlangsung pada musim hujan yang puncaknya biasa terjadi antara bulan Februari-Maret. Kelimpahan benih sidat selama satu tahun berfluktuasi dan terdapat dua puncak, yaitu bulan Mei dan November. Kelimpahan rata-rata pada bulan November jauh lebih tinggi (468 ekor) dibandingkan bulan Mei (97 ekor). Fluktuasi harian kelimpahan benih sidat tergantung pada pasang surut air laut, puncak kelimpahan terjadi pada saat pasang tinggi. Ukuran benih sidat bervariasi sepanjang tahun dengan kisaran rata-rata antara 41,92-58,6 mm dan bobot tubuh rata-rata antara 0,124-0,136 g. Terdapat ancaman serius terhadap keberlanjutan proses ruaya benih sidat di habitat alaminya, yaitu proyek pembangunan PLTU dan penambangan pasir liar. (CA) (2009)
|