Description
|
Kayat Jumat termasuk salah satu bentuk tradisi lisan genre pantun yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Rantau Kuantan, Riau. Secara etimologis kata ‘kayat’ berasal dari kata ‘hikayat’, sedangkan Jumat adalah nama orang yang pertama kali menuturkan hikayat ini. Jumat juga dianggap sebagai orang yang dituakan; pengetua; atau induk dalam tradisi Kayat Jumat. Pada awalnya tradisi lisan Kayat Jumat ditampilkan disaat warga kampung bergotong royong, acara pacu jalur, dan menaiki rumah baru. Tujuannya untuk menghibur warga dan tamu yang datang. Namun sesuai perkembangan zaman, Kayat Jumat berkembang pula. Kayat Jumat dituturkan sebagai hiburan dalam acara kenduri, pesta perkawinan, turun mandi anak, dan acara adat di daerah Riau. Pantun-pantun yang disampaikan disesuaikan dengan tema yang diminta oleh pihak yang mengundang. Pertunjukan Kayat Jumat biasanya terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama adalah musik pembuka. Bagian ini diawali dengan bunyi instrumental. Tempo musik biola pada bagian ini berirama lambat dan mendayu-dayu. Setelah itu diikuti oleh bunyi pukulan gendang (gondang), dan ketipung (katipuang). Pada bagian kedua baru disampaikan isi cerita atau hikayat yang berbentuk pantun-pantun yang dinyanyikan dan diiringi dengan alunan gesekan biola, tabuhan gendang, ketipung, serta tamburin. Bagian ketiga (bagian penutup) adalah pantun-pantun yang bertemakan keluh kesah dan penderitaan yang disampaikan dengan irama pelan dan mendayu-dayu. Pantun-pantun dalam bagian ketiga ini, oleh orang Kuantan disebut dengan lagu pelayaran. (2023-11-21)
|