Akhirnya, Laporan Penelitian mengenai "Anatomi TNI sebagai Kekuatan Pertahanan", hadir juga ke hadapan pembaca. Sebagai pertanggung jawaban administratif dan ilmiah dari para Peneliti Politik Militer di Pusat Penelitian Politik (P2P). Laporan ini dibuat berdasarkan hasil penelitian kepustakaan, ditambah observasi lapangan dan diskusi kelompok yang terfokus (Focus Group Discussion). Jika waktu, anggaran dan tenaga tersedia, sebenarnya, dalam Tahap Awal ini ingin digambarkan sebuah peta besar mengenai kesiapan TNI dalam tugasnya yang paling utama, yakni alat pertahanan, kemudian dalam tahun-tahun selanjutnya akan lebih dirinci lagi di masing-masing matra (Angkatan). Namun, karena berbagai keterbatasan tersebut, maka baru "peta kecil" dan sederhana saja yang didapatkan. Kendati dihadapkan pada kelemahan teknis penelitian seperti di atas, secara umum dapat ditemukan temuan sebagai berikut: Pada dasarny, sejalan dengan Agenda Reformasi Internalnya, dan desakan publik, TNI bersedia untuk lebih memusatkan perhatian pada peran pertahanan saja. Sejak dwifungsi tidak lagi digunakan sebagai "ideologi" TNI, Pimpinan TNI secara tegas menolak untuk dilibatkan dalam praktek politik keseharian (day to day politics) sebagaimana berlaku dimasa sebelumnya. Dengan kata lain, seperti ditegaskan baik dalam Tap MPR/2000 No. VII dan VII serta UU No. 32/2002 tentang pertahanan,TNI harus menjadi kekuatan utama pertahanan RI dan tidak lagi disibukkan dengan urusan keamanan (baca: Ketertiban Masyarakat). Akan tetapi, karena sejumlah masalah, reposisi peran TNI tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal. Pertama, penekanan peran tersebut belum sepenuhnya didukung oleh aturan perundangan serta doktrin yang aktual. Di sana-sini muncul perbedaan interpretasi mengenai hal ini. Kedua, dari sisi anggaran, tidak terlihat dukungan yang optimal dari negara untuk membangun sebuah kekuatan pertahanan yang efektif. Dihadapkan dengan ancaman dan tantangan baru dibidang pertahanan, kesiapan TNI dalam masalah ini masih sangat memperhatinkan. Ketiga, kelemahan juga tampak dalam kesiapan sumberdaya manusia dan alat serta sistem pertahanan (Alutsista) TNI saat ini. Pengalaman yang begitu panjang dari TNI sebagai instrumen kekuasaan di masa lalu, tidak begitu mudah diubah dalam waktu yang singkat. Dari sisi struktur, boleh jadi dapat segera dilakukan reorintasi itu, namun tidak demikian halnya dalam konteks kultur. Terakhir, tidak kalah pentingnya adalah perubahan lingkungan strategis (Lingstra) yang mempengaruhi eksistensi negara dan TNI pada khususnya. Buku ini terdiri dari:
- Bab 1: Pendahuluan
- Bab 2: Konsepsi Pertahanan Negara
- Bab 3: Lingkungan Strategis dan Kebijakan Pertahanan Nasional
- Bab 4: Postur TNI sebagai Kekuatan Pertahanan
- Bab 5: Anggaran TNI dalam Sistem Pertahanan Negara
- Bab 6: Postur Kekuatan TNI yang Ideal
- Bab 7: Pengembangan Kemampuan TNI: Peluang dan Kendala
- Bab 8: TNI sebagai Alat Pertahanan: Kesimpulan
(2002)