Indonesia memiliki cadangan bijih besi sebagai bahan baku besi baja yang cukup banyak, meliputi daerah Kalimantan, Sulawesi, Ketapang, Belitung, Lampung dan Sumatera Barat. Namun semua ini belum di manfaatkan secara optimal, salah satu alternatif teknologi pengolahannya yaitu dengan cara pembuatan besi sponge untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan besi baja. Alur pembuatan sponge yaitu dimulai dari pembuatan pasir besi dalam bentuk pellet atau briket. Kemudian dilakukan proses reduksi langsung pada tungku horizontal yang diharapkan metalisasi dari pada besi sponge akan meningkat sehingga akan memudahkan peleburan pada tungku kupola mini, pada proses peleburan di tungku kupola bahan baku dimasukan secara bersusun yaitu kokas, besi scrap, besi sponge, batu kapur yang digunakan sebagai bahan pengikat kotoran. Dalam proses peleburan sponge menjadi hot metal pada tungku kupola mini berjalan sangat baik pada tahapan proses dengan dilakukan taping (pengeluaran cairan besi dari tungku) sebanyak 3 kali dengan kondisi hot metal encer dan slag yang dihasilkan berwarna hijau, dengan berat timbangan hot metal yang dihasilkan sebanyak=146,50 kg dan slag= 144 kg sedangkan sisanya sebanyak 17 kg menempel pada runer dan ember ladle. Kandungan Fe pada hot metal = 90,02 persen. Sedangkan slag yang mengandung titan sebagian masih menempel pada bata api yang ada di dinding bagian dalam kupola. Dengan dapat dilakukannya peleburan pasir besi yang di buat menjadi sponge lalu di lebur pada tungku kupola mejadi hot metal diharapkan akan meningkatkan nilai jual pada pasir besi bukan hanya di eksport ke luar dalam bentuk mentah.
Prosiding Seminar Nasional Besi dan Baja II 2nd Indonesian Iron and Steel Conference Peningkatan Kapabilitas Produksi dan Kualitas Baja, ITB 10-21 Oktober 2011, Hlm: 1 - 8
(2011)