Cahaya dan suhu merupakan faktor pendukung dalam keberlangsungan produktivitas dan siklus materi dalam ekosistem danau. Intensitas cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis. Begitu juga hal nya dengan suhu, berpengaruh pada dinamika parameter kualitas air lainnya yang berkaitan erat dengan aktivitas makhluk hidup diperairan. Laju penyerapan cahaya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisa tentang berapa besar laju penyerapan cahaya dan kaitannya dengan distribusi suhu dalam ekosistem perairan. Laju penurunan penyerapan cahaya dapat ditentukan dengan menghitung koefisiensi atenuasi. Dalam penelitian ini koefisien atenuasi cahaya dihitung dengan tiga metode yaitu: perhitungan dari data pengukuran di lapangan, metode poole-atkins, dan metode William. Pengkuran dilakukan di Danau Towuti pada 10 stasiun di kawasan Kawatang dan 10 stasiun di kawasan Tominanga yang dilakukan pada bulan Juni dan September 2011. Kisaran intensitas cahaya matahari pada danau Towuti adalah 13256.7 – 19816.7 Lux, dan kisaran suhu adalah 28.5 -29.3oC. Pemodelan regresi antara data lapangan dan koefisien atenuasi dari persamaan menunjukkan bahwa metode William mempunyai model yang paling mendekati hasil pengukuran di lapangan dengan nilai R2= 0.7863 pada selang kepercayaan 95 persen. Korelasi antar parameter menunjukkan bahwa suhu dan koefisien atenuasi berkorelasi kuat (r=0.67), koefisien atenuasi dengan kedalaman berkorelasi negatif (r= -0.92), suhu dengan kedalaman berkorelasi negatif (r= -0.63). Rata-rata laju penurunan intensitas cahaya pada saat musim hujan (wet season) lebih tinggi daripada musim kemarau (dry season). Distribusi suhu di danau pada musim hujan lebih rendah dari pada musim kemarau.Kata kunsi : cahaya, suhu, kedalaman, koefisien atenuasi.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VII 2014
(2014)