Description
|
Jumlah penduduk yang tinggal di desa-desa sekitar hutan mencapai angka 48,8 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 9,8 juta jiwa digolongkan miskin. Data Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menunjukkan bahwa dari seluruh desa tertinggal di Indonesia, 58% berada di sekitar hutan. Sementera itu, Kementerian Kehutanan menyebutkan ada 12 juta jiwa penduduk di sekitar hutan yang tergantung pada sumberdaya hutan. Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan sejak pertengahan tahun 1990-an telah berupaya mengurangi jumlah penduduk miskin di desa-desa sekitar hutan melalui kebijakan social forestry. Kebijakan ini antara lain dilakukan oleh Perum Perhutani dalam bentuk Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm). Melalui kebijakan ini diharapkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan meningkat dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, Kementerian Kehutanan dapat menjaga keamanan dan kelestarian hutan melalui partisipasi masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kemiskinan penduduk desa di sekitar hutan dan kebijakan social forestry. Penelitian difokuskan pada empat hal, yaitu (1) hubungan penduduk dengan sumberdaya hutan, (2), model kebijakan social forestry yang diterapkan, (3) sumbangan hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga, dan (4)pengurangan kemiskinan melalui social forestry. Penelitian dilakukan di lima desa di sekitar hutan di dua daerah, yaitu di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan Lampung Barat. Penelitian menggunakan metode survei terhadap rumah tangga, in-depth interview dan focus group discussion(FGD). Survei rumah tangga dilakukan terhadap 400 rumah tangga desa di lima desa dengan teknik stratified random sampling. Adapun in-depth interview dilakukan terhadap sejumlah orang yang menjadi informan kunci di setiap desa itu. FGD dilakukan terhadap kelompok tani hutan yang mempunyai kontrak social forestrydi lima desa serta FGD dengan stakeholders terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kebijakan social forestry telah memberi penguasaan tanah hutan kepada rumah tangga desa di sekitar hutan mencapai 2 ha, (2) sumbangan pendapatan dari program social forestry terhadap total pendapatan rumah tangga desa di sekitar hutan mempunyai rata-rata terbesar yakni bervariasi antara 10% sampai 60%, (3) pengurangan kemiskinan di tingkat rumah tangga desa di sekitar hutan melalui program social forestry sangat tinggi, yakni antara 10% sampai 90%. Variasi angka pengurangan kemiskinan rumah tangga ini setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor, yakni (1) perbedaan model social forestry yang diterapkan di setiap desa, (2) pilihan teknik agroforestry yang dipraktikkan oleh setiap kelompok tani hutan, (3) kelembagaan social forestry di setiap daerah, dan (4) hubungan agraria diantara rumah tangga desa di sekitar hutan. (2011)
|