Description
|
Macapat adalah pelantunan lagu/syair yang berisi petuah-petuah yang bermakna bagi kehidupan manusia. Macapat biasanya dilakukan ketika acara ‘jagong bayen’. Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. Tradisi lisan Macapat juga ditemukan dalam kebudayaan Bali, Sasak, Madura, dan Sunda. Selain itu, macapat juga pernah ditemukan di Palembang dan Banjarmasin. Secara harfiah, macapat bisa diartikan sebagai maca papat papat ‘membaca empat empat’ maksudnya cara membacanya terjalin tiap empat suku kata. Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Wali sanga, namun hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah, sementara di tempat lain seperti di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Macapat juga digunakan oleh para wali sanga untuk berdakwah dan mengenalkan Islam melalui budaya. Wali-wali yang menggunakan macapat untuk sarana berdakwah antara lain Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, dan Sunan Kudus. Mereka adalah kreator-kreator tembang macapat. Berdasarkan jenis dan urutannya tembang macapat ini sebenarnya menggambarkan kehidupan manusia dari mulai alam ruh sampai dengan meninggalnya (Rudi Setiawan dalam “Filsafat di balik tembang macapat”. (2023-11-21)
|