Description
|
Sarang semut adalah tanaman obat asli Indonesia yang digunakan berdasarkan warisan leluhur masyarakat Papua. Publikasi ilmiah mengenai tanaman ini masih belum banyak ditemukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kimia farmakologi untuk mengidentifikasi jenis-jenis tanaman sarang semut Indonesia, mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, mendapatkan senyawa kimia aktif yang berpotensi untuk antioksidan dan antikanker yang aman untuk dikonsumsi, dan memberikan informasi pengobatan alternatif penyakit kanker yang lebih aman dan efisien. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka, Puslit Bioteknologi LIPI, Cibinong dan Laboratorium Kimia Bahan Alam, Puslit Kimia-LIPI, Serpong. Materi penelitian adalah tumbuhan sarang semut (Myrmecodya pendens) yang diperoleh dari Wamena, Papua. Percobaan menggunakan mencit dan sel tumor jenis Adenocarcinoma mamae yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Beberapa uji dilakukan untuk mendapatkan hasil studi yang optimal, antara lain uji kemasan ekstrak air, penapisan fitokimia, uji toksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test, uji aktivitas antioksidan dengan metode penangkapan radikal bebas DPPH, uji anti kanker secara in vitro (kanker payudara, rahim, dan leukemia), uji komposisi dan kandungan senyawa kimia dalam tanaman sarang semut, uji hepatoprotektor dan antioksidan terhadap semua ekstrak (ekstrak etilasetat, n-butanol, dan air), isolasi dan pemurnian senyawa kimia dari ekstrak air, dan elusidasi struktur kimia senyawa aktif antikanker/antioksidan dan hepatoprotektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dari tanaman sarang semut dapat dikonsumsi dengan aman hingga 15 g/kg BB. Kandungan senyawa kimia yang paling utama di dalam tanaman sarang semut adalah senyawa flavonoid. Ekstrak air yang digunakan sebagai antikanker (payudara dan rahim) mempunyai daya aktivitas yang rendah (lemah), sedangkan antikanker (leukemia) mempunyai daya aktivitas yang tinggi. Ekstrak n-BuOH dan air mempunyai daya aktivitas yang tinggi sebagai zat aktif hepatoprotektor. Hasil elusidasi struktur kimia ekstrak n-butanol diketahui sebagai senyawa glikosida. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara in siliko terhadap senyawa murni yang diperoleh dari ekstrak n-butanol dan air yang berpotensi sebagai hepatoprotektor. Pengujian farmakologi lanjutan juga diperlukan terhadap senyawa aktif yang telah teridentifikasi dan memiliki potensi sebagai hepatoprotektor, (Cut Armansyah) (2009)
|