Kebutuhan akan besi baja semakin meningkat dari tahun ketahun tak terkecuali Indonesia yang sangat banyak membutuhkan besi baja tersebut yang selama ini sebagian masih import, sedangkan Indonesia mempunyai bahan baku besi baja yang cukup banyak berupa bijih besi dengan sejumlah cadangan dan tersebar di seluruh Indonesia. Akan tetapi sejumlah cadangan yang cukup banyak tersebut belum di manfaatkan secara optimal sebagai bahan baku besi baja. Untuk membuat besibaja dari bahan baku bijih besi dapat di lakukan melalui proses pembuatan sponge. Besi sponge merupakan antara pembuatan besi baja melalui proses reduksi (pemanasan) langsung bijih besi, alur pembuatan besi sponge dimulai dari bijih besi di buat konsentrat sehingga kadar Fe naik, kemudian di bentuk menjadi briket atau pellet dan di reduksi (dipanaskan) pada suhu 1150oC pada tungku horizontal dengan waktu tinggal bervariasi. Pada pembuatan briket atau pellet di tambahkan batubara sebagai reduktor dari dalam dan perekat berupa tepung tapioka dan bentonit. Briket atau pellet pada saat dipanaskan akan mengalami perubahan bentuk fisik yaitu berat jenis menjadi naik dan ukuran menjadi kecil dari sebelum dipanaskan. Berat jenis sebelum dipanaskan dengan perekat tepung tapioka sebesar 2,87 gr/cm3 setelah dipanaskan menjadi 4,87 gr/cm3 sedangkan perekat bentonit sebelum dipanaskan 2,93 gr/cm3 setelah dipanaskan menjadi 3,37 gr/cm3. Ukuran berubah sebelum dipanaskan panjang=3 cm, lebar=2,5 cm dan tinggi=2 cm dengan perekat tepung tapioka setelah dipanaskan menjadi panjang-2,72cm,lebar=2,5cm dan tinggi=2,02 cm sedangkan menggunakan perekat bentonit setelah dipanaskan berubah menjadi panjang 2,52 cm, lebar=2,14cm dan tinggi=1,84cm. Dengan ukuran briket yang ada dan dipanaskan pada suhu 1150oC sponge tereduksi secara merata dari luar sampai kedalam sehingga sponge mengalami pengecilan volume dari asalnya sehingga berat jenis jadi meningkat.
Prosiding Seminar Nasional Fisika, Pusat Penelitian Fisika-LIPI 12-13 Juli 2011.
(2011)