Description
|
Kawasan pesisir wilayah Kabupaten Belitung memiliki potensi unggulan agromarine yang belum dapat memberikan manfaat banyak kepada masyarakat. Produk-produk hasil panen tanaman pertanian dan perkebunan di daerah pesisir masih dijual dalam bentuk bahan mentah. Demikian pula dengan hasil tangkapan produk laut belum diolah secara baik sehingga masyarakat belum mampu menikmati nilai tambah atas produk-produk yang mereka hasilkan. Untuk mencapai kesejahteraan sebagaimana yang diinginkan, dipandang perlu memberdayakan masyarakat pesisir dengan melihat potensi yang ada dalam masyarakat yang dapat dikembangkan dan mencari cara mengaktualisasikan segala potensi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengolah potensi lokal yang ada di Selat Nasik, Sijuk, dan Tanjungpandan Kabupaten Belitung yang dapat ditingkatkan mutu dan kapasitas produksinya serta memberikan alternatif mata pencaharian melalui implementasi teknologi tepat guna (TTG) untuk pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam dan manusia setempat. Metodologi yang digunakan dalam program ini adalah dengan memanfaatkan pendekatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, yaitu pengembangan berbasis ekonomi rakyat. Masyarakat ditempatkan sebagai pelaku (subjek) pembangunan yang bertujuan menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan lokasi. Lokasi dipandang seolah-olah sebagai sebuah unit usaha yang menekankan pada efisiensi pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya produktif serta kemampuan adaptasi terhadap perubahan karena faktor eksternal, seperti pasar dan ketersediaan bahan penunjang untuk pemenuhan kebutuhan produksi. Dibentuk unit-unit kelompok kerja berdasarkan kegiatan produktif atau agromarine, kemudian dibekali dengan berbagai pelatihan dan pendampingan teknis agar mampu mandiri dan menjadikan usahanya sehat. Tahapan pelaksanaannya sebagai berikut, 1) Penggalian potensi sumber daya lokal dengan studi TTG melalui observasi langsung, data divalidasi sebagai dasar pengambilan keputusan penetapanjenis-jenis teknologi yang tepat untuk diimplementasikan kepada masyarakat. 2) Implementasi TTG dengan pelatihan olahan pangan serta bantuan teknologi berupa proses dan peralatan kerja untuk mendukung kegiatan usaha kelompok dan pengrajin binaan. 3) Penguatan kelompok dan pemberian bimbingan usaha dari sisi teknis produksi dan pascaproduksi. 4) Pemberian bimbingan kemitraan, manajemen, jejaring pemasaran produk dan sertifikasi produk. 5) Pemberian bantuan untuk mendapatkan Sertifikat Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT) atas produkproduk kelompok dan pengrajin binaan. Hasil penelitian tahun 2009, petani binaan telah mampu meningkatkan produksi olahan pangan sekitar 40%, seperti ikan laut, kelapa, nanas, madu, dan lada putih; mampu menciptakan lapangan kerja baru sebanyak 50 orang kepada kelompok binaan dan masyarakat sekitarnya; mampu meningkatkan prosentase pendapatan kelompok usaha binaan di Kecamatan Selat Nasik sekitar 40%. Hasil lainnya adalah diterbitkannya SP-IRT sebanyak tujuh sertifikat. Pada tahun 2010, jumlah mitra binaan sebanyak delapan unit usaha pengrajin kerupuk ikan dan cumi. Perkembangan kerupuk ikan mencapai 25%, kerupuk cumi 30%, dan opak singkong 75%. (2011)
|