Kawasan Danau-danau Meliau adalah wilayah paparan banjir dari S. Lebian-Leboyan dan merupakan wilayah yang penting sebagai daerah penyokong D. Sentarum. Karena sungai ini merupakan sungai terbesar yang mengalir ke D. Sentarum. Dikawasan yang menjadi tempat hidup masyarakat Dayak Iban ini terdapat 10 danau yang terbagi dua bagian yang terletak di bagian hulu perkampungan dayak dan dibagian hilirnya, danau-danau tersebut mengalir secara berurutan (cascade). Danau-danau dibagian hulu yaitu; Danau Lintang, Sarang Burung Kecil, Sarang Burung Besar, Meliau 2 dan Meliau 1. Sedangkan danau-danau dibagian hilir yaitu; D. Kasim, Berebung, Lukuk, Belaran kecil dan D. Belaram Besar. Danau-danau dikawasan Meliau merupakan tempat hidup ikan-ikan air gambut dan masyarakat dayak sudah mempunyai kearipan lokal yang sudah terdokumentasi dalam melestarikan habitat danau tersebut. Karena terjaganya kondisi kawasan menjadi daya tarik dalam parawisata mancing baik dari dalam maupun luar negeri. Saat ini tingkat kedatangan parawisata domestik dan asing makin meningkat seiring dengan makin tersebarnya informasi tentang kawasan Meliau ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar karakteristik danau-danau di Kawasan Meliau, Kapuas Hulu sebagai dasar dalam penyusunan skema pembayaran Jasa Lingkungan dari sektor parawisata lingkungan (ecotourism). Penelitian karakteristik danau-danau ini mengamati kondisi kualitas air, hidrologi dan interaksi antara danau-danau dengan sungai Leboyan sebagai sungai utama. Hasil pengamatan fisio-kimia danau-danau menunjukan danau-danau dikawasan ini termasuk dalam klasifikasi air hitam (black water) dengan kisaran pH 3,6 – 5 yang diukur pada tiga kondisi. kandungan oksigen terlarut berkisar antara 0,5 – 5 mg/L dan nilai konduktivitas air pada musim hujan berkisar 6 - 40 μS/cm, tetapi pada musim kemarau naik menjadi 197 μS/cm. Nilai kecerahan pada musim kemarau 0,8 – 0,85 sedangkan pada musim hujan berkisar pada 1,0 – 1,1 m. Hanya sedikit perbedaan fluktuasi air pada musim hujan dan musim kemarau, berbeda dengan D. Sentarum yang kering dimusim kemarau. Dikawasan ini juga dilakukan pengamantauan debit air secara otomatis (AWLR), Hujan dan suhu udara (ARG). Hasil rekaman AWLR hanya menunjukan penurunan satu meter pada musim kemarau sedangkan di sungai utama penurunan muka air mencapai 5 meter. Pemantauan kondisi limnologis dan hidrologi dikawasan ini menjadi penting sebagai dasar (base line) dalam penerapan jasa lingkungan. Terutama dengan makin berkembangnya kawasan ini sebagai tujuan wisata lingkungan (ecotourism).
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VII 2014
(2014)