Kematian massal ikan budidaya sistem karamba jaring apung (KJA) merupakan fenomena yang dapat diprediksi dan sering terjadi, sebagai dampak lanjut akumulasi bahan organik baik pada dasar perairan maupun pada kolom air. Pengembangan KJA umumnya tidak memperhatikan daya dukung perairan, terutama ditinjau dari kemampuan perairan tersebut dalam menyediakan oksigen. Wilayah perairan tempat pengambangan KJA memiliki kadar organik sedimen yang tinggi, yang dapat menyerap oksigen yang cukup signifikan, yang menjadi sangat kritis jika cuaca mendung karena pasokan oksigen dari proses fotosintesis berkurang. Daya dukung perairan untuk pengembangan KJA masih belum dipahami dan belum dipelajari secara mendalam, sehingga pembatasan jumlah KJA hanya didasarkan pada prosentasi pemanfaatan luas perariran. Saat ini konsepsi daya dukung perairan lebih berpegang pada keseimbangan nutrien antara N (nitrogen) dan P (fosfor), yang menentukan tingkat kesuburan (trofik) dan menunjang keberadaan dan melimpahnya fitoplankton. Dalam kasus-kasus perairan yang diarahkan pada pemanfaatan untuk budidaya ikan sistem KJA, sangat diperlukan konsepsi daya dukung berbasis keseimbangan oksigen. Sementara itu perairan danau di Indonesia memiliki karakteristik fisik dan biologis berlainan, sehingga pengembangan KJA perlu memperhatikan tingkat kerentanan terhadap sumberdaya hayati didalamnya menyangkut tingkat kekhasan dan endemisitasnya, serta pemanfaatan lain yang membutuhkan tingkat estetika tinggi seperti untuk pariwisata. Diperlukan kebijakan yang berbeda dari setiap perairan untuk pengembangan budidaya ikan sistem KJA.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi. Hal. 163-170
(2006)