Description
|
Suweg termasuk salah satu keanekaragaman flora Indonesia anggota dari suku Araceae (talas-talasan) penghasil umbi yang berpotensi sebagai bahan pangan. Pada zaman penjajahan Jepang, umbi suweg dan iles-iles mempunyai andil yang besar dalam rangka ketahanan pangan bagi masyarakat dan berperan penting sebagai salah satu sumber cadangan makanan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi yang sulit mendapatkan beras atau bahan pangan karbohidrat lainnya. Sejalan dengan majunya kehidupan, cara hidup masyarakat desapun berubah. Lahan-lahan kosong tidak lagi ditanami suweg, melainkan tanaman yang bernilai ekonomi seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Suweg menjadi kurang dikenal dan tidak populer lagi di kalangan masyarakat. Di sisi lain umbi suweg mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai produk tepung umbi maupun tepung pati. Umbi Suweg juga berpotensi untuk mencegah beberapa penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung koroner, melalui mekanisme penurunan kolesterol dalam darah. Meskipun suweg memiliki potensi yang banyak sebagai bahan pangan alternatif dan fungsional, namun pemanfaatan tumbuhan ini sudah kurang populer di kalangan masyarakat. Untuk itu tanaman suweg perlu dikembangkan lagi karena komoditi ini berguna sebagai pendukung ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia. Berbagai aspek terkait dengan suweg sebagai potensi alam kita yang hampir terlupakan perlu dipelajari kembali. Penelitian ini dimulai dengan eksplorasi suweg dan kerabatnya ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain mengumpulkan material tanaman, kegiatan lain yang dilakukan di lapangan adalah wawancara dengan penduduk setempat terkait dengan pengetahuan mereka tentang suweg dan pemanfaatannya. Material tanaman hasil eksplorasi selanjutnya dipelajari dari berbagai aspek seperti ekologi, botani, morfologi, perbanyakan, fenologi serta dianalisis kandungan nutrisi dan anti nutrisi dari umbinya. Selain itu, umbi yang layak pangan dicoba untuk diolah menjadi tepung. Tepung suweg selanjutnya diolah menjadi berbagai produk makanan. Untuk mengetahui tekstur, penampilan warna dan rasa produk makanan olahan dari suweg, maka dilakukan uji organoleptik dengan melibatkan responden dari berbagai kalangan masyarakat. Upaya memperkenalkan suweg dan produk olahannya kepada masyarakat dilakukan melalui sosialisasi di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengenalan suweg dan produk olahannya juga dilakukan melalui jumpa pers dengan kalangan media cetak dan elektronik, serta demo masak yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia. Hasil eksplorasi pada awal penelitian ini (2009) mendapatkan 6 jenis Amorphophallus yaitu A. discophorus, A. decus-silvae, A. muelleri, A. paeoniifolius, A. sagittarius dan A. variabilis, sedangkan A. annulifer dan A. spectabilis tidak berhasil ditemukan. Jenis-jenis tersebut tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari keenam jenis ini kemudian diseleksi kembali baik kandungan nutrisi dan prospek budidayanya, maka terpilih satu jenis yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut yaitu A. paeoniifolius. Hasil analisis morfologi menunjukkan bahwa terdapat dua varietas lokal pada A. paeoniifolius yaitu walur dan suweg. Varietas walur ditandai dengan permukaan tangkai daun kasar sampai sangat kasar dengan umbi berbentuk bulat dan berasa gatal. Sedangkan varietas suweg ditandai dengan permukaan tangkai daun yang halus sampai agak kasar dengan umbi agak gepeng dan tidak gatal. Upaya perbanyakan suweg telah berhasil dilakukan dengan menggunakan biji, belah umbi, umbi samping dan melalui teknik kultur jaringan. Sebagian bibit hasil perbanyakan tersebut telah ditanam di demplot di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil analisis nutrisi dari jenis-jenis tersebut menunjukkan bahwa A. paeoniifolius atau suweg mengandung nilai gizi yang cukup baik. Ditemukan satu aksesi dari suweg yang berasal dari Malang dimana kandungan kristal oksalatnya hampir tidak ada. Umbi suweg bisa diolah menjadi tepung dalam waktu 2-3 hari setelah melalui proses pengeringan dengan panas matahari. Tepung dari umbi suweg telah diolah menjadi berbagai makanan seperti onde-onde ketawa, cheese stick, brownis kukus, talam, dadar gulung, risol, kue cucur, kue cincin, peyek, opak, dan kue kering seperti bola-bola keju. Hasil uji organoleptik dari berbagai kue olahan dari tepung suweg, mayoritas responden menyukai rasa kue-kue tersebut. Hasil penelitian ini megindikasikan bahwa suweg merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang layak untuk dikembangkan menjadi sumber bahan pangan yang bernilai dan bergengsi.
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. Penerbit Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi – LIPI. Hal. 1633–1641 ISBN 978-979-799-776-2
(2014)
|