Description
|
Menurut World Health Organization (WHO) saat ini di dunia ada sekitar 11 juta kasus baru penyakit kanker per tahun, dan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 16 juta kasus per tahun. Di antara jenis penyakit kanker yang ada saat ini, kanker paru-paru adalah yang paling banyak menyebabkan kematian yang mencapai 17% dari keseluruhan kasus kanker. Secara keseluruan, kanker adalah penyebab kematian nomor dua tanpa memandang umur, jenis kelamin, dan suku bangsa. Salah satu bahan obat terpenting untuk pengobatan kanker adalah antibiotika. Jenis mikroba yang dapat memproduksi antibiotika adalah jamur endofit Diaporthe sp. GNBP-10 yang diisolasi dari batang gambir. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia Pusat Penelitian Biologi dengan cara kultivasi jamur endofit Diaporthe sp GNBP-10 pada medium produksi potato dextrose agar (PDA) selama 3 minggu pada kondisi ruang 26°C. Kemudian, seluruh miselia dan medium dihomogenasi dan diekstraksi dengan etil asetat, lalu dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak etil asetat yang diperoleh dipisahkan dengan teknik kolom kromatografi yang menggunakan Sephadex LH-20 sebagai fase diam dan dielusi dengan methanol. Tingkat kemurnian (+)-2,2’- episitoskirin A hasil kolom akan ditentukan dengan menggunakan analisis KCKT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (+)-2,2’ -episitoskirin A yang diisolasi dari jamur endofit Diaporthe sp GNBP-10 yang berasosiasi dengan tanaman gambir (Uncaria gambier Roxb) secara in-vitro menunjukkan adanya aktivitas antibiotika yang kuat terhadap sel bakteri dan khamir serta jamur filamen. Senyawa antibiotika ini menyebabkan kerusakan dinding sel pada Candida albican, Candida tropicalis, Eschericia coli, dan Bacillus subtilis. Selain itu, (+)-2,2’ -episitoskirin A juga mempunyai efek antiproliferasi yang kuat terhadap 4 jenis sel kanker dengan nilai IC50 kurang dari 4 μg/ml dengan efek toksisitas akut 3 kali lebih lemah dibanding doksorubisin. Mekanisme kerja dari senyawa (+)-2,2’-episitoskirin A dilakukan melalui induksi proses apoptosis yang dipicu oleh adanya reaksi interaksi dengan DNA. Disimpulkan, aktivitas dan potensi (+)-2,2’ -episitoskirin sebagai antibakteria, antifungal, dan antikanker secara in vitro sudah memenuhi syarat untuk mendukung penggunaannya sebagai bahan obat, terutama sebagai antibakteria. (2011)
|