Description
|
Berita tentang telah terjadinya gempa bumi besar tersiar melalui berbagai jaringan SMS seluler, situs maupun jejaring sosial media. Berita terjadinya gempa bumi berskala di atas 8 dan berpotensi tsunami yang mengancam wilayah barat Sumatera beredar. Banyak orang yang menduga-duga dan mulai mencoba mengkaitkan gempa bumi ini dengan gempa bumi yang ditunggu-tunggu akan terjadi di Sumatera Barat. Seketika itu juga situs jaringan BMKG menjadi sulit untuk diakses. Mungkin karena banyak sekali orang ingin mengakses situs itu untuk mendapatkan informasi tentang gempa bumi yang baru saja terjadi. Belum ada yang mengetahui apakah tsunami benar-benar melanda. Situasi yang sangat genting berlalu dengan cepat hampir tanpa kepastian informasi. Informasi yang muncul di media-media online adalah tentang kepanikan masyarakat yang berusaha menyelamatkan diri serta kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang terjadi dimana-mana di Kota Padang dan Banda Aceh. Hingga beberapa jam kemudian kepastian terjadinya tsunami masih tetap belum diketahui. Lembaga-lembaga yang menjadi mata rantai Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (
Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTWS), di pusat maupun di daerah, pun tidak dapat menjawab pertanyaan dari masyarakat hingga kapan harus bertahan di bukit. Hal ini memicu munculnya pertanyaan tentang bekerja atau tidaknya Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dibangun Pemerintah Indonesia. Di kantor Community Preparedness (Compress) LIPI, para punggawa Compress sedang mengadakan pertemuan, membicarakan kegiatan-kegiatan yang hendak dilaksanakan di tahun 2012. Berita terjadinya gempabumi besar di Sumatera yang masuk melalui jejaring media sosial mengalihkan fokus pertemuan itu. Beberapa orang mencoba mencari konfirmasi tentang kebenaran berita itu dengan membuka situs-situs berita online. Beberapa orang lainnya mencoba mengakses situs jejaring BMKG, namun gagal. Situs jejaring USGS dapat diakses namun berita tentang gempabumi itu belum muncul. Berita-berita tentang terjadinya gempabumi ini makin ramai di situs-situs berita online. Beberapa menit kemudian, situs USGS mulai menayangkan informasi tentang terjadinya gempabumi dengan pusat di sebelah barat Pulau Simeulue. Pembicaraan di pertemuan Compress menjadi berfokus kepada gempabumi ini. Tiba-tiba terlontar ide dari salah seorang punggawa Compress tentang kemungkinan untuk melakukan kaji cepat terhadap keberfungsian Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Harus diakui, dari kejadian-kejadian gempabumi berpotensi tsunami pasca 2004, hanya sedikit yang telah digunakan untuk meninjau kembali efektivitas sistem peringatan dini ini secara utuh. Padahal, sistem ini telah dipecah-pecah menjadi beberapa mata rantai dan tanggung jawab terhadap setiap mata rantai diserahkan kepada beberapa pihak yang berbeda-beda. Meskipun hingga saat itu setiap pihak yang bertangggung jawab terhadap mata rantai itu telah banyak melakukan upaya sesuai dengan tanggung jawabnya, tidak ada yang tahu apakah upaya-upaya itu memang efektif. Sementara fakta yang mengemuka adalah pemahaman publik yang begitu beragam dan terpenggal-penggal tentang sirene, jalur evakuasi dan tanggung jawab dalam menyelamatkan diri. Masing-masing Kementerian dan Lembaga terkait juga tidak banyak menggunakan kesempatan untuk secara bersama-sama melihat apa yang sudah berjalan baik, dan apa saja yang masih perlu dibenahi dari sistem ini. Rabu malam, pukul 19.00, LIPI menginisiasi komunikasi informal kepada lembaga-lembaga terkait InaTWS dan mengusulkan sebuah inisiatif bottom-up untuk membuat Joint Rapid Assessment atau Kaji Cepat Bersama, memanfaatkan kesempatan dari kejadian gempabumi 11 April 2012 untuk mengulas efektivitas Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Sudah 4 tahun berjalan sejak inagurasi Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (11 November 2008), evaluasi komprehensif seperti ini tidak pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan oleh beberapa lembaga berkepentingan, upaya itu hanya menyentuh elemen-elemen tertentu dari sistem, dengan laporan yang bersifat tertutup.Kamis pagi 12 April 2012, 09.00 bertempat di Kantor LIPI jalan Raden Saleh No. 43 Jakarta Pusat, dilakukan pertemuan pertama untuk membahas kepentingan lembaga terkait dalam inisiatif kaji cepat, serta kepentingan kolektif lembaga-lembaga InaTWS untuk melakukan kaji cepat ini. Tercapai kesepakatan untuk melaksanakan kaji cepat bersama dengan menggunakan sumberdaya dari masing-masing lembaga dan atau saling dukung antar lembaga terkait . Pertemuan ini juga membahas kerangka atau instrumen umum investigasi yang diharapkan dapat digunakan kelak dalam inisiatif-inisiatif kaji cepat berikutnya. Selain itu, pertemuan pertama ini menetapkan tiga lokus kajian, yaitu Jakarta (Nasional), Kota Banda Aceh dan Kota Padang. Tim terdiri dari LIPI, BMKG, BNPB, RISTEK, BPPT, GIZ, UNESCO-JTIC, UNDP dan KKP – Tohoku University. Di Banda Aceh, TDMRC-Universitas Syiahkuala, Universitas Syiahkuala – Program Pasca Sarjana, UNDP-DRRA bergabung ke dalam tim itu. Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta serta KOGAMI bergabung dengan tim di Kota Padang. Pertemuan-pertemuan berikutnya dilakukan untuk membahas persiapan lapangan, temuan lapangan dan konsolidasi temuan menjadi satu rangkaian utuh dari kajian rantai peringatan dini (end-to-end).
Penerbit HALIMA, Bandung, Tahun 2014
(2014)
|