Description
|
Hasil penapisan 49 tanaman obat Indonesia terhadap sistem jantung dan pembuluh darah menggunakan sel model cardiomyocytes, endotel, dan monocyte U937, telah menyeleksi tanaman sukun (Artocarpus altilis) sebagai tanaman terpilih untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka/kandidat obat untuk penyakit kardiovaskular. Hasil uji in vitro dan in vivo menunjukkan ekstrak aktif daun sukun terutama mengandung senyawa-senyawa aktif flavonoid dan beta-sitosterol mempunyai bioaktivitas terhadap penyakit kardiovaskular. Hasil uji keamanan bahan aktif pada hewan baik akut maupun subkronis tidak menunjukkan adanya toksisitas yang berarti sehingga dapat dilanjutkan ke tahap uji klinis pada manusia. Uji klinis merupakan syarat utama untuk mengajukan bahan aktif berbasis ekstrak daun sukun sebagai fitofarmaka untuk penyakit kardiovaskular. Penelitian bertujuan membuat sediaan komponen aktif untuk penyakit kardiovaskular berbasis ekstrak daun sukun dalam bentuk tablet yang terkaterisasi dan terstandardisasi sebagai persiapan pelaksanaan uji klinis. Hasil ekstraksi dan fraksinasi 30 kg daun sukun kering/bach diperoleh sekitar 600 g fraksi etil asetat (EA). Senyawa marker yang diperoleh adalah flavonoid DS6(1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-metil-3pentenil)-2H-1-benzopiran-5-il]-1-propanon), DAC2((E)-1-(2,4-dihidroksifenil)-3-(2-(3,7-dimetilokta-2,6 dienil)-3,4- dihidroksifenil) propan-1-one), dan Beta-sitosterol. Fraksi EA daun sukun distandardisasi, kemudian dibuat formulasi sediaan bentuk tablet. Didapatkan formulasi tablet yang memenuhi syarat dengan metode cetak langsung. Formulasi untuk 1 kg massa tablet terdiri atas fraksi EA daun sukun 600 mg, avicel pH 102 370 mg, aerosil 5 mg, talk 5 mg, amylum maydis 30 mg, dan maltodekstrin 30 mg. Pembuatan skala laboratorium dilakukan bekerja sama dengan Jurusan Farmasi Fakultas MIPA UI. Formulasi pembuatan tablet skala laboratorium juga digunakan dalam pembuatan tablet skala pilot bekerja sama dengan Department of Pharmaceutical Engineering, Faculty of Life Science, Swiss German University. Pencetakan tablet untuk uji klinis disarankan menggunakan mesin cetak tablet yang memenuhi persyratan pencetakan tablet untuk dikonsumsi manusia, (IS) (2010)
|