Mulai tahun 2007, Meteorological Research Institute (MRI) Jepang telah berhasil membuat dan mengembangkan sebuah model iklim global dengan nama super-high resolution Atmospheric General Circulation Model (AGCM) yang mempunyai luaran dengan resolusi spasial grid 20-km x 20-km, lebih dari 60 lapisan vertikal, dan resolusi waktu satu jam. Sebagai nilai lebih jika dibandingkan dengan luaran GCM lainnya, luaran dari MRI-AGCM dapat digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai kemungkinan perubahan iklim dan dampaknya pada skala kecil seperti DAS, termasuk proyeksi perubahan intensitas dan frekuensi kejadian tropikal siklon (typhoon), kejadian hujan ekstrim, karakteristik Monsun Asia, bencana banjir dan resiko kekeringan. Sampai tahun 2014 terdapat tiga versi MRI-AGCM yaitu AGCM3.0, AGCM3.1, dan AGCM3.2 (terbaru) dengan resolusi grid 60-km dan 20-km untuk masing-masing versi. Perbedaan antar tiap versi terletak pada struktur dan setting model parameter yang dipergunakan. Hasil kajian awal menunjukan bahwa 20-km MRI-AGCM3.x mempunyai potensi cukup baik untuk dipergunakan dalam “Pemodelan Proyeksi Dampak Perubahan Iklim terhadap Cuaca Ekstrim dan Kondisi Perairan Darat di Indonesia”.
Warta Limnologi; No:52/Tahun XXVII, Juni 2014, Hal. 9-14
(2014)