Description
|
Pisang kepok Amorang atau pisang kepok Unti Sayang merupakan mutan alami yang berasal dari Sulawesi. Pisang ini mempunyai ciri jantungnya gugur sendiri setelah semua bunga betina menjadi buah dan memiliki ketahanan secara fisik terhadap penyakit darah yang ditimbulkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Oleh sebab itu, mutan alami ini perlu diperbanyak secara massal melalui teknik in vitro dan disebarluaskan untuk menggantikan bibit pisang kepok yang peka terhadap penyakit. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengembangkan teknologi perbanyakan tanaman pisang kepok Unti Sayang yang tahan penyakit darah melalui proliferasi tunas in vitro; 2) memanfaatkan mutan alami pisang kepok Unti Sayang yang tidak berjantung sehingga tahan terhadap penyakit darah; 3) mendapatkan mutan pisang kepok Unti Sayang yang berukuran lebih pendek atau panen lebih awal. Untuk itu, teknik perbanyakan klonal yang efektif dan efisien melalui proliferasi in vitro telah berhasil dikembangkan pada tahun pertama (2008). Pada tahun kedua (2009), penelitian difokuskan pada pengembangan teknik molekuler pendeteksian dini kestabilan genetik bibit (sampai subkultur ke-10) dengan Random Amplified DNA (RAPD) dan Inter Simple Sequence Repeats (ISSR) serta induksi mutasi pada tunas in vitro dengan radiasi sinar gamma (10-50 gray). Pada tahun ketiga (2010), dilakukan pengamatan terhadap sifat agronomi dan fenologi bibit hasil proliferasi tunas tersebut di lapangan serta konfirmasi munculnya varian/mutan dengan teknik RAPD dan ISSR. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan Pusat Penelitian Bioteknologi dan di laboratorium genetika Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong. Pengujian lapangan dilaksanakan di Kebun Plasma Nutfah Tajur, Bogor dan di Kabupaten Paser, Kaltim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perbanyakan in vitro berhasil dikembangkan dengan menggunakan media Murashige Skoog (MS) yang mengandung benzylaminopurine (BAP), thidiazuron (TDZ), dan Adenin untuk penggandaan tunas serta MS tanpa hormon untuk pengakaran tunas. Aklimatisasi planlet pada media tanah, kompos, dan sekam berhasil 93%. Pengujian stabilitas genetik terhadap bibit hasil subkultur 1-10 dengan teknik RAPD dan ISSR menunjukkan keseragaman genetik yang tinggi (96%), walaupun fenotipenya mengalami perubahan. Pengujian lapangan di beberapa lokasi menunjukkan bahwa pisang kepok Unti Sayang hasil kultur jaringan yang sudah berubah memperlihatkan perilaku yang sama dengan induk/tetuanya yaitu jantungnya gugur sendiri dan berbuah normal. Radiasi sinar gamma gray menghasilkan beberapa varian dengan morfologi yang berbeda, yaitu batangnya pendek, daun seperti pita bergerigi atau bergelombang, meskipun hasil RAPD dan ISSR tidak menunjukkan adanya perubahan. Beberapa klon varian yang pendek ditanam dalam polibag untuk diamati perkembangan selanjutnya. (CA) (2010)
|