Gayam (Inocarpus fagifer) berpotensi sebagai sumber pangan alternatif karena bijinya mengandung karbohidrat cukup tinggi (75,79-77,70%). Namun tanaman ini kurang dikenal masyarakat, dan belum banyak data penelitiannya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, yaitu pada 13 kecamatan (22 desa) yang dipilih secara acak. Pengamatan dilakukan pada beberapa lokasi yang dituju seperti kebun, tegalan, pekarangan dan lokasi dekat sumber air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 desa yang disurvei hanya ditemukan 2 pohon gayam dewasa di kampung Krenceng, desa Pondokkaso Tengah, kecamatan Cidahu. Di desa ini gayam disebut dengan nama gatet. Satu pohon sedang berbuah, diperkirakan umurnya sekitar 20 tahun dengan tinggi sekitar 20 meter, lingkar batang 110 cm, lebar tajuk 9,0 m, dengan ukuran buah panjang 6,95 cm, lebar 6,94 cm, diameter 4,18 cm, berat 94,6 gr dan kadar air 85,14%. Tanaman gayam tumbuh dekat mata air dan kolam ikan, terletak pada ketinggian 533 m dpl., koordinat LS 06o 92’ 247”, BT 92o 48’ 050”. Pohon gayam ini sudah beberapa kali menghasilkan buah, dan sudah diolah sebagai makanan selingan seperti direbus, dibakar atau dibuat keripik, juga telah dijual di Jakarta, dalam skala terbatas. Disekitar kebun tumbuh 5 semai gayam yang masih kecil. Jenisjenis pohon yang tumbuh dekat gayam adalah kelapa, nangka, durian, sengon, bambu dan pisang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wilayah Sukabumi bukan merupakan daerah sebaran alami tanaman gayam. Secara umum masyarakat Sukabumi belum mengenal tanaman gayam, begitu juga pemanfaatannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi masyarakat dan para pembuat kebijakan di daerah, bahwa gayam dapat tumbuh dengan baik di Kabupaten Sukabumi tanpa perawatan khusus, sehingga berprospek dikembangkan sebagai sumber pangan alternatif, karena bijinya mengandung karbohidrat cukup tinggi.
Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon., Vol. 1, No. 1. Hal. 71-77
ISSN 2407-8050
(2015)