Description
|
Kabupaten Nunukan yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Kabupaten ini memiliki wilayah yang luas dan terdiri atas tujuh kecamatan, yaitu Nunukan, Sebatik, Lumbis, Sebuku, Sembakung, Krayan, dan Krayan Selatan. Kabupaten Nunukan memiliki berbagai potensi wilayah, seperti bahan galian yang mampu mendukung pembangunan daerah dan nasional. Potensi lain meliputi sumber daya wilayah pesisir, laut, dan perairan umum serta sumber daya kehutanan, pertambangan, transportasi, dan perdagangan. Dalam rangka meningkatkan daya saing wilayah ini dan mengurangi ketergantungan terhadap negara tetangga diperlukan data potensi bahan galian dan sumber daya air yang dapat digunakan sebagai salah satu dasar perencanaan tata ruang di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan Kabupaten Nunukan berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pangkalan data informasi sumber daya bahan galian dan sumber daya air dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) serta menyusun model pengelolaan sumber daya air pulau kecil, khususnya Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik yang ditampilkan dalam bentuk peta. Penelitian dilakukan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, seperti Dinas Pertambangan, Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, dan PDAM, serta dinas terkait lainnya. Pemetaan potensi sumber daya air difokuskan di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Hal ini disebabkan kedua pulau ini merupakan pusat pertumbuhan perekonomian dan penduduk terkonsentrasi di pulau tersebut. Adapun pemetaan bahan galian difokuskan di wilayah Kecamatan Pulau Nunukan, Pulau Sebatik, dan wilayah dataran yang termasuk di dalam Kecamatan Semanggaris, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Sembakung, dan Kecamatan Lumbis. Kegiatan pemetaan bertujuan untuk mendapatkan informasi luas lapisan batuan yang mengandung bahan galian tersebut berdasarkan kondisi geologi yang mengontrolnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Tahapan penelitian meliputi 1) persiapan berupa studi literatur, digitasi peta topografi, dan interpretasi citra satelit; 2) pengambilan data lapangan dengan mengambil contoh batuan, air dan tanah, pemetaan geologi, yang berkaitan dengan potensi sumber daya air dan bahan galian; 3) analisis studio, pengolahan data dan pembuatan pangkalan data melalui penggambaran digitasi, pemasukan dan pengolahan pangkalan data berdasarkan SIG; 4) analisis laboratorium, kajian pengelolaan dan pemanfaatan air dan bahan galian dengan analisis kimia, petrografi, dan proksimat; 5) pelaporan berupa peta potensi sumber daya air dan bahan galian berbasis SIG. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) kondisi geologi sangat mengontrol keterdapatan bahan galian dan sumber daya air di Pulau Nunukan, Sebatik, dan Semanggis. 2) Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa geologi daerah studi dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan batuan, yaitu a) endapan aluvial yang berasosiasi dengan dataran pantai, umumnya didominasi oleh endapan rawa dan materialnya berukuran lempung hingga pasir dan bersifat lepas; b) satuan batuan pasir (Formasi Sajau), terdiri atas batu pasir, batu pasir kuarsa, batu lempung terkadang karbonan, dan sisipan konglomerat; c) satuan batu lempung dengan sisipan batu pasir, sedikit batu gamping dan batu bara (Formasi Tabul); d) satuan batu pasir (Formasi Mentarang); terdiri atas batu pasir dengan sisipan argilit, serpih, dan batu lempung; e) satuan batu lempung pasiran (Formasi Meliat); terdiri atas perselingan batu pasir, batu lempung, serpih, dan batu bara; f) satuan napal (Formasi Naintupo), perselingan napal, batu pasir, dan batu lempung; g) satuan tufa breksi (Formasi Sinjin), terdiri atas perselingan tufa, breksi, dan konglomerat; h) intrusi batuan beku. 3) Formasi pembawa bahan galian batu bara yang terdapat di kawasan ini adalah Formasi Meliat, Formasi Tabul, dan Formasi Sajau sebagai sisipan dengan ketebalan bervariasi antara 0,3-1,8 m, sedangkan batu pasir kuarsa pada Formasi Sajau merupakan perselingan dengan batu lempung. 4) Kualitas batu bara di daerah ini mempunyai nilai kalori antara 3.754-6.217 kal/g, total sulfur antara 0,67-2,2 persen, kandungan abu 7,43-36,21 persen, fixed carbon 29,33-45,66 persen, volatile matter 24,12-42,34 persen, kandungan air 2,7-8,4 persen, kandungan air total 2,98-14,65 persen, dan kandungan air bebas 0,76-5,98 persen. 5) Bahan galian lain yang mempunyai potensi besar adalah pasir kuarsa dan tanah lempung sebagai bahan baku pembuatan batako dan batu bata. 6) Sumber daya air tanah potensial berupa air permukaan dan air tanah dalam, sedangkan kebutuhan masyarakat dipenuhi dari air embung dan pemboran dalam. 7) Kualitas air tanah di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik bagian timur dari hasil pengukuran daya hantaran listrik (DHL) tidak terlalu baik, beberapa sumur yang teramati di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik juga didapatkan air tanah yang keruh dan berbau besi. 8) Dari hasil analisis juga ditemukan bahwa kandungan air tanah pada kedua pulau memiliki kandungan amonium, fosfat total, zat organik, Fe, dan Mn yang tinggi. Disarankan untuk tidak menambang batu andesit basal yang terdapat di Liang Bunyu Sebatik karena dapat mengakibatkan longsor. Pemulihan hutan primer dapat dilakukan dengan menanam kembali hutan dengan tanaman keras, menjaga kelestariannya serta menutup akses yang dapat menyebabkan rusaknya lahan konservasi. Untuk mengurangi kadar besi dan mangan dapat dilakukan dengan teknologi penyaringan dengan memanfaatkan batu kerikil, sabut kelapa, dan arang batok kelapa.(MAB) (2010)
|